Orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit akan berkata, “Apakah kalian mengira bahwa keinginan kalian akan terwujud? Apakah kalian mengira bahwa Khilafah Islamiyah atau bahkan Daulah Islamiyah akan tegak kembali? Tidak mungkin, mustahil! Hal itu lebih mendekati khayalan daripada kenyataan! Apakah Amerika, Rusia, Eropa, dan Israel akan membiarkannya? Sedangkan mereka adalah musuh yang paling getol menyerang Islam dan negara Islam!”
Mereka akan menambahkan, “Hanyasanya kalian mengusahakan fatamorgana! Kalian tertipu oleh dien kalian!”
Jika mereka telah mengatakan hal itu, ingatlah firman Allah azza wa jalla
إِذْ يِقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ غَرَّهَؤُلآءِ دِينُهُمْ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ فَإِنَّ اللهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
(Ingatlah), ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya”. (Allah berfirman), “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (al-Anfal : 49)
Katakan kepada mereka, “Khilafah Islamiyah akan kembali seberat dan sebesar apa pun tantangannya. Katakan bahwa tegaknya Daulah Islamiyah adalah perkara yang tak dapat diragukan lagi, meski itu memakan waktu. Sesungguhnya pertolongan Allah pasti tiba.”
Katakan kepada mereka, “Allah benar-benar akan menaklukkan Roma bagi kaum muslimin sebagaimana dijanjikan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang shahih[1], seperti halnya Konstantinopel pernah ditaklukkan.”
Katakan bahwa “Harapan kami kepada pertolongan dari Allah lebih jauh lagi. Kami ingin Allah menaklukkan Kremlin dan Gedung Putih. Sebab bersama kami ada janji-Nya,
وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي اْلأَرْضِ كَمَااسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لاَيُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menguasakan orang-orang yang sebelum mereka, dan Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridlai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu pun dengan-Ku. (an-Nur : 55)
Kapan itu akan terwujud? Itu bukan urusan kami. Pun Allah tidak membebani kami dengan hal itu. Allah hanya membebani kami dengan mengamalkan dien, membela syariat, menghabiskan seluruh waktu untuk itu, dan mengerahkan segenap kemampuan. Sedangkan perkara hasil, itu terserah kepada Allah .”
فَعَلَيْكَ بَذْرُ الْحَبِّ لاَ قَطْفُ الْجَنَى
وَاللهُ لِلسَّاعِيْنَ خَيْرُ مُعِيْن
Tugasmu menabur benih bukan menuai hasil
Dan Allah adalah sebaik-baik Penolong bagi orang-orang yang berusaha
Katakan kepada mereka kata-kata Ya’qub u setelah ia kehilangan dua anaknya; Yusuf dan Bin-yamin, “Sesungguhnya aku mencium bau Yusuf, sekiranya kamu tidak menuduhku lemah akal (tentu kamu membenarkan aku).“ (Yusuf : 94)
Katakan kepada mereka, “Meski beban dan ujian berat menerpa, namun sesungguhnya kami dapat merasakan hawa kemenangan, pertolongan, kejayaan, dan hawa kembalinya khilafah islamiyah, jika kalian tidak menuduh kami lemah akal (tentu kalian membenarkan kami)!”
Banyak orang akan berkata, “Kalian masih saja dalam kesesatan kalian yang dulu-dulu.”
Sungguh, kepada para sahabat sepulang mereka dari perang Uhud orang-orang munafik berkata, “Kembalilah kepada agama nenek moyang kalian!”
Kalimat-kalimat ini senantiasa akan diucapkan oleh orang-orang munafik kepadaahlul-iman kapan pun dan di mana pun saat para aktivis Islam ditimpa musibah atau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau saat mereka ditangkap untuk dipenjara, disiksa, dibunuh, atau dianiaya. Saat itu mereka akan berkata, “Sudahlah, tinggalkan idealisme kalian! Kembalilah! Sesungguhnya agama inilah yang menyebabkan kalian merasakan musibah ini. Agama ini pulalah yang memupus masa depan kalian, melemparkan kalian dalam gelapnya rumah tahanan, dan mengasingkan kalian di negeri ini. Tinggalkan semua yang telah mendatangkan musibah ini! Raihlah keselamatan dan kebahagiaan!”
Jika mereka mengatkan itu, katakan kepada mereka,
إِنَّ اللهَ يُدَافِعُ عَنِ الَّذِينَ ءَامَنُوا
Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. (al-Hajj : 38)
وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ
Dan Allah benar-benar akan menolong orang yang menolong (dien)-Nya. (al-Hajj : 40)
وَمَالَنَآ أَلاَّ نَتَوَكَّلَ عَلَى اللهِ وَقَدْ هَدَانَا سُبُلَنَا
Mengapa kami tidak bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami? (Ibrahim : 12)
قَدِ افْتَرَيْنَا عَلَى اللهِ كَذِبًا إِنْ عُدْنَا فِي مِلَّتِكُمْ بَعْدَ إِذْ نَجَّانَا اللهُ مِنْهَا وَمَا يَكُونُ لَنَآ أَن نَّعُودَ فِيهَآ إِلآ أَن يَشَآءَ اللهُ رَبُّنَا وَسِعَ رَبُّنَا كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا رَبَّنَا افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
Sungguh kami telah mengada-adakan kebohongan yang besar terhadap Allah, jika kami kembali kepada agamamu, sesudah Allah melepaskan kami dari padanya. Dan tidaklah patut kami kembali kepadanya, kecuali jika Allah, Rabb kami menghendaki(nya). Pengetahuan Rabb kami meliputi segala sesuatu. Kepada Allah sajalah kami bertawakkal. Ya Rabb kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik-baiknya. (al-A’raf : 89)
Orang-orang munafik dan orang-orang yang hatinya berpenyakit akan mengulang kata-kata orang-orang munafik tentang ashhaburraji’ yang dikhianati oleh orang-orang musyrik yang membunuh mereka semuanya.
Hari itu orang-orang munafik berkata, “Celakalah mereka, orang-orang yang sesat, orang-orang yang binasa dengan cara seperti itu! Mereka tiada berkumpul bersama keluarga mereka, pun tidak menunaikan risalah sahabatnya (Rasulullah).”[2]
Kalimat seperi ini akan dilontarkan kepada kalian manakala ada sebagian ikhwah yang terbunuh, dipenjara, atau diusir. Saat itu orang-orang yang hatinya berpenyakit akan berkata, “Mereka itu tiada duduk dan selamat, tiada pula mampu menghilangkan kemungkaran dan kenistaan.”
Mereka akan berkata lagi, “Mereka itu tiada duduk dan selamat, memperhatikan masa depan dan kelayakan hidup mereka, tiada pula menegakkan daulah Islam.”
Jika kalian mendengar ungkapan ini, ingatlah bahwa al-Qur`an telah mengungkapkan tentang orang yang mengatakannya
وَمِنَ النَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللهَ عَلَى مَافِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ
Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (al-Baqarah : 204)
Deskripsi al-Qur`an ini tidak hanya berlaku untuk orang yang telah mengatakannya pada zaman Nabi saja, tetapi juga berlaku bagi semua pengikutnya dan orang-orang yang mengucapkan kata-katanya sepanjang zaman, di mana pun mereka berada.
Jika kalian mendengar ucapan itu, katakan kepada mereka, “Tujuan kami adalah menegakkan dien. Menegakkan daulah adalah wasilah dari sekian wasilah untuk menegakkan dien dan mewujudkan tegaknya dien itu. Tidak mungkin kami mengorbankan tujuan utama demi mendapatkan wasilahnya.”
Khadijah binti Khuwailid pernah menghibur Rasulullah, “Bergembiralah, demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya”[3]
Kami sampaikan kepada seluruh aktivis Islam yang mengikhlaskan amalnya hanya kepada Allah, “Selama kalian berada di atas kebenaran, bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan kalian selama-lamanya! Yang kalian lakukan adalah menjalin silaturrahim, membela syariat, memperjuangkan kemuliaan, memerangi kebejatan, berdakwah ilallah dengan bashirah, beramar makruf nahi munkar, melaksanakan qiyamullail, mengerjakan shiyam sunnah, dst.”
Jika kalian mendengar ucapan-ucapan di atas, ingatlah nenek moyang orang-orang munafik itu. Allah berfirman,
الَّذِينَ قَالُوا لإِخْوَانِهِمْ وَقَعَدُوا لَوْ أَطَاعُونَا مَا قُتِلُوا قُلْ فَادْرَءُوا عَنْ أَنفُسِكُمُ الْمَوْتَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya dan mereka tidak turut pergi berperang, “Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh”. Katakanlah, “Tolaklah kematian itu dari dirimu, jika kamu orang-orang yang benar”. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Rabbnya dengan mendapat rizki. (Ali ‘Imran : 168-169)
Dan katakan kepada mereka, “Sesungguhnya Waraqah bin Naufal, seorang yang telah lanjut usia, pernah melewati Bilal bin Rabah saat mereka menyiksanya. Saat Bilal terus mengulang-ulang kalimat ‘Ahad…Ahad…’ dengan keteguhan gunung-gemunung, Waraqah berkata, ‘Ahad… Ahad… Demi Allah, bertahanlah wahai Bilal! Sungguh, jika kalian membunuhnya sementara ia mengucapkan kalimat itu, aku bersumpah akan menjadikannya sebagai orang yang paling aku rindukan.’”[4]
Perhatikanlah pemahaman yang mendalam ini. Pemahaman terhadap Islam dari seorang yang telah renta dan hanya mendapati sedikit saja ayat-ayat al-Qur`an dan hadits-hadits Nabi sebelum akhirnya ia menemui ajal. Adalah bening hati, ikhlash serta kemurniannya dari hawa nafsu dan kemunafikan ada pada dirinya.
[1] Maksudnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad 2/176 yang dishahihkan oleh Syekh Ahmad Syakir dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash ra katanya, “Ketika kami berada di sekeliling Rasulullahsaw dan asyik menulis, tiba-tiba beliau ditanya, ‘Kota manakah yang akan ditaklukkan terlebih dulu? Konstantinopel ataukah Roma?’ Beliau menjawab, ‘Kotanya Heraclius akan ditaklukkan lebih dulu.’ Yaitu Konstantinopel.
[2] Diriwayatkan oleh Ibnu Hisyam dalam as-Siratun Nabawiyyah vol. II/174 dari Ishaq dari Ibnu ‘Abbas ra
[3] Diriwayatkan oleh al-Bukhariy 1/21, Muslim 2/200, Ahmad 6/233 dari Aisyah ra
[4] Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq secara mursal dari Hisyam bin ‘Urwah dari ayahnya sebagaimana dalam Sirah Ibnu Hisyam vol. 1/318. Diriwayatkan juga oleh Zubeir bin Bakar seperti disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam al-Ishabah 3/634, juga ‘Utsman dari Dlahhak bin ‘Utsman dari ‘Abdurrahman bin Abuz Zinad dari ‘Urwah bin Zubeir. ‘Utsman seorang yang dhaif.
Wallahu A’lam bish Shawab.
Facebook : https://www.facebook.com/muhrizal.alfarisi
syukran akhi rizal saiba atas artikelnya
BalasHapus